SlideShare a Scribd company logo
Nama : FADLI
Dosen pengampu : Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA
Senin, 18 Desember 2017
“PENGENALAN E-LEARNING”
Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu
media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer
memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian
dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis
web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah
yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya
e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-
learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia.
Definisi E-Learning
Istilah e-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan
di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.
Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Oleh karena itu, istilah e-
learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar
mengajar yang ada di sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi
internet.
E-learning ini sendiri mempunyai beberapa karakteristik seperti yang telah dikemukakan oleh
Suyanto (2005) mengemukakan 4 karakteristik e-learning yang terdiri dari:
1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana pengajar dan peserta didik, peserta didik
dan peserta didik, ataupun pengajar dan sesama pengajar dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
2. Memanfaatkan keunggulan komputer (media digital dan jaringan komputer).
3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri yang dapat disimpan di komputer sehingga
dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan
membutuhkannya.
4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan yang dapat dilihat setiap saat di komputer.
Dengan demikian, e-learning itu dapat diartikan sebagai suatu sistem dalam pembelajaran yang
mengacu pada penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dengan karakteristik-karakteristik seperti memanfaatkan jasa teknologi,
memanfatkan keunggulan komputer, menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri, dan
memanfaatkan jadwal belajar yang dapat dilihat pada komputer, serta memberikan fasilitas yang
dapat diakses oleh pengajar dan peserta didik/mahasiswa secara pribadi
Komponen e-learning
Komponen yang membentuk e-learning (Romisatriawahono, 2008) adalah:
a. Infrastruktur e-learning
Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa
Personal Computer ((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi (Febrian, 2004)), jaringan
komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau
perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu
(Wagito, 2005)), internet (merupakan singkatan dari Interconnection Networking yang diartikan
sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004)) dan perlengkapan
multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari
teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi (Febrian, 2004)). Termasuk
di dalamnya peralatan teleconference (pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya
berada pada lokasi yang berbeda secara geografis (Febrian, 2004)) apabila kita memberikan
layanan synchronous learning yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika
pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui teleconference.
b. Sistem dan aplikasi e-learning
Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System (LMS),
yang merupakan sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar
konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas
dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis, 2009)), misalnya, segala
fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti bagaimana manajemen
kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), serta sistem ujian
online yang semuanya terakses dengan internet.
c. Konten e-learning
Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem (Learning
Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based
Content (konten berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang
memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-based
Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org,
ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga
dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.
Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh dikatakan sama dengan proses
belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (dosen) yang membimbing siswa
(mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses
belajar mengajar.
Manfaat e-learning
Manfaat e-learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu:
a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(enhance interactivity).
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik,
maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan
pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun
menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa?
Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan
dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan
yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan
berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik
yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk
mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau
mendapat tekanan dari teman sekelas.
b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh
peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber
belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan
pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu
sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris
telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas
Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan.
Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang
disebut sebagai “tutorial elektronik”.
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui
kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta
waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat
belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-
benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of
content as well as archivable capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus
berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian
juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu,
penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang
didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian instruktur selaku
penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai
terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian
juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur
yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur
memotivasi peserta didiknya.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran. Demikian
juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara sesama peserta
didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang
menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur
dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan,
guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan
belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan
dalam rentangan waktu tertentu pula.
Secara lebih rinci, Smaratungga (2009) mengungkapkan manfaat e-learning yang dapat dilihat dari
dua sudut yaitu:
a. Dari sudut peserta didik
Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi.
Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan instruktur setiap saat. Dengan kondisi yang
demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi
pembelajaran.
Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau
daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-learning akan memberikan manfaat kepada
peserta didik yang:
1. belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran
tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya,
2. mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari
materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa asing
dan keterampilan di bidang komputer,
3. merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di
rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang
dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau
bahkan yang berada di luar negeri, dan
4. tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan. b. Dari sudut
instruktur
Dengan adanya kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh instruktur antara lain adalah
bahwa instruktur dapat:
1. lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-
jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
2. mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena
waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak,
3. mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui kapan
peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari,
serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
4. mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari
topik tertentu, dan
5. memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Kelebihan dan kekurangan e-learning
a. Kelebihan e-learning
Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara
mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan
itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah
melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan
petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak
jauh, kelebihan e-learning antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi
dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2. Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai
berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas.
6. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau
sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di
kapal, di luar negeri, dan sebagainya.
b. Kekurangan e-learning
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas
dari berbagai kekurangan antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
belajar-mengajar.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong
tumbuhnya aspek bisnis.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional.
5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah
tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
7. Kurangnya penguasaan komputer.
Filosofis e-learning
Menurut Cisco (dalam Suyanto,2005) ada beberapa filosofis dari e-learning, yaitu:
1. E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan, secara
on-line.
2. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM, dan
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalosasi.
3. E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan teknologi
pendidikan.
4. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya.
Semakin baik keselarasan antar isi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Implementasi pada Pendidikan Tinggi
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat,
kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi
tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa
pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik
secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh
masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning khususnya di lembaga
pendidikan (sekolah, training dan universitas).Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang
disajikan secara reguler di kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa perguruan
tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu
dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning
berfungsi sebagai option (pilihan) bagi mahasiswa.
Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di
berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di
bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang
menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi
secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di kota-kota di tingkat
kabupaten. Artinya, masyarakat yang berada di kabupaten telah dapat menggunakan fasilitas
internet.
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi di
Indonesia semakin kondusif dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Departemen
Pendidikan Nasional (SK Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi konvensional
untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode). Dengan iklim yang kondusif ini,
beberapa perguruan tinggi telah melakukan berbagai persiapan, seperti penugasan para dosen
untuk (a) mengikuti pelatihan tentang pengembangan bahan belajar elektronik, (b)
mengidentifikasi berbagai platform pembelajaran elektronik yang tersedia, dan (c) melakukan
eksperimen tentang penggunaan platform pembelajaran elektronik tertentu untuk menyajikan
materi perkuliahan
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga
oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan
peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru,
fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah, 2002).
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang
disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi
pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang,
penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan
pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada
ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio,
video materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara
(2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a. Mengerti tentang e-learning
b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa,
c. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan
teknologi baru,
d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik,
e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,
f. Melakukan training dan praktek secara elektronik,
g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,
h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.
Gambar 1.
Learning Management System Mercu Buana (https://sso.mercubuana.ac.id)
EFEKTIFITAS E-LEARNING
Program e-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan
pelajaran dan kebutuhan mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat diseleksi ketika elemen-
elemen ini dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program e-learning berhubungan
dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi dari mahasiswa, fakultas, falilitator, staf penunjang,
dan administrator.
1. Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari mahasiswa adalah
untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh
keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan
untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika
instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena
mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya,
mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan
harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di
dalam kelas.
2. Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga pada tanggung
jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan
pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.
3. Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat
yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif,
seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan
yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah
ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para
mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat.
4. Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga dengan
penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan
penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan,
pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan
kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga e-learning tetap pada jalur yang
benar.
5. Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program e-
learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang
beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide,
tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil
keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf
penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif
untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola
suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa e-
learning merupakan tanggung jawab utama.
Daftar Pustaka
Anonim 1, 2017. http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-e-learning-definisi-
manfaat.html, (18 Desember 2017, 09.42 WIB)
Indrayani, 2017. http://indrayani.staff.ipdn.ac.id/?p=56, (18 Desember 2017, 11.30)

More Related Content

SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengenalan E-Learning , 2017

  • 1. Nama : FADLI Dosen pengampu : Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA Senin, 18 Desember 2017 “PENGENALAN E-LEARNING” Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E- learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Definisi E-Learning Istilah e-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya. Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Oleh karena itu, istilah e- learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet. E-learning ini sendiri mempunyai beberapa karakteristik seperti yang telah dikemukakan oleh Suyanto (2005) mengemukakan 4 karakteristik e-learning yang terdiri dari: 1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana pengajar dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik, ataupun pengajar dan sesama pengajar dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. 2. Memanfaatkan keunggulan komputer (media digital dan jaringan komputer). 3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri yang dapat disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan membutuhkannya. 4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan yang dapat dilihat setiap saat di komputer. Dengan demikian, e-learning itu dapat diartikan sebagai suatu sistem dalam pembelajaran yang mengacu pada penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
  • 2. keterampilan dengan karakteristik-karakteristik seperti memanfaatkan jasa teknologi, memanfatkan keunggulan komputer, menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri, dan memanfaatkan jadwal belajar yang dapat dilihat pada komputer, serta memberikan fasilitas yang dapat diakses oleh pengajar dan peserta didik/mahasiswa secara pribadi Komponen e-learning Komponen yang membentuk e-learning (Romisatriawahono, 2008) adalah: a. Infrastruktur e-learning Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer ((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi (Febrian, 2004)), jaringan komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu (Wagito, 2005)), internet (merupakan singkatan dari Interconnection Networking yang diartikan sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004)) dan perlengkapan multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi (Febrian, 2004)). Termasuk di dalamnya peralatan teleconference (pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang berbeda secara geografis (Febrian, 2004)) apabila kita memberikan layanan synchronous learning yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui teleconference. b. Sistem dan aplikasi e-learning Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis, 2009)), misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan internet. c. Konten e-learning Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.
  • 3. Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (dosen) yang membimbing siswa (mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar. Manfaat e-learning Manfaat e-learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu: a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa? Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas. b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur. Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”. c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat
  • 4. belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar- benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan. d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri. Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta didiknya. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula. Secara lebih rinci, Smaratungga (2009) mengungkapkan manfaat e-learning yang dapat dilihat dari dua sudut yaitu: a. Dari sudut peserta didik Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan instruktur setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-learning akan memberikan manfaat kepada peserta didik yang: 1. belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya,
  • 5. 2. mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer, 3. merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan 4. tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan. b. Dari sudut instruktur Dengan adanya kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh instruktur antara lain adalah bahwa instruktur dapat: 1. lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung- jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, 2. mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak, 3. mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang, 4. mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan 5. memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. Kelebihan dan kekurangan e-learning a. Kelebihan e-learning Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet. Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh, kelebihan e-learning antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
  • 6. 2. Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. 3. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. 4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. 5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 6. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif. 7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya. b. Kekurangan e-learning Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. 2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. 3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. 4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional. 5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. 6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer). 7. Kurangnya penguasaan komputer. Filosofis e-learning Menurut Cisco (dalam Suyanto,2005) ada beberapa filosofis dari e-learning, yaitu: 1. E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan, secara on-line.
  • 7. 2. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalosasi. 3. E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan teknologi pendidikan. 4. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Semakin baik keselarasan antar isi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Implementasi pada Pendidikan Tinggi Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas).Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai option (pilihan) bagi mahasiswa. Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya, masyarakat yang berada di kabupaten telah dapat menggunakan fasilitas internet. Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional (SK Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi konvensional untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode). Dengan iklim yang kondusif ini, beberapa perguruan tinggi telah melakukan berbagai persiapan, seperti penugasan para dosen untuk (a) mengikuti pelatihan tentang pengembangan bahan belajar elektronik, (b) mengidentifikasi berbagai platform pembelajaran elektronik yang tersedia, dan (c) melakukan
  • 8. eksperimen tentang penggunaan platform pembelajaran elektronik tertentu untuk menyajikan materi perkuliahan Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah, 2002). Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu: a. Mengerti tentang e-learning b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa, c. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru, d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik, e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari, f. Melakukan training dan praktek secara elektronik, g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan, h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya. Gambar 1. Learning Management System Mercu Buana (https://sso.mercubuana.ac.id)
  • 9. EFEKTIFITAS E-LEARNING Program e-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat diseleksi ketika elemen- elemen ini dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program e-learning berhubungan dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi dari mahasiswa, fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator. 1. Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari mahasiswa adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas. 2. Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga pada tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa. 3. Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat. 4. Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar. 5. Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program e- learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa e- learning merupakan tanggung jawab utama.
  • 10. Daftar Pustaka Anonim 1, 2017. http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-e-learning-definisi- manfaat.html, (18 Desember 2017, 09.42 WIB) Indrayani, 2017. http://indrayani.staff.ipdn.ac.id/?p=56, (18 Desember 2017, 11.30)