SlideShare a Scribd company logo
RESENSI ARTIKEL JURNAL
Tugas ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian
Dosen Pengampu : Nurul Faqih isro’i M, pd
RATNA SARI (1815055)
Program Studi: Bimbingan dan Konseling
Jurusan: Tarbiyah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
Judul : Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Kepatuhan Terhadap
Tata Tertib Sekolah
Penulis dan sumber : Martin-Matin httpn: / jbki@journal.stkipsingkawang.ac.id
Keywords : layanan informasi ; Tata Tertib Sekolah
Sinopsis
Pebelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
(PTBK) dan pendekatan Kualitatif. Adapun jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penyelidikan sistematis yang
dilakukan oleh guru peneliti, kepala sekolah, konselor sekolah, atau pengambilan kebijakan
lain dalam lingkungan belajar mengajar untuk mengumpulkan informasi tentang keterangam
pelaksananaan sekolah, bagaimana mereka mengajar, dan seberapa baik siswa mereka
belajar. Subjek penelitian ini adalah Santri MTs Mathla’ul Anwar Pontianak yang berjumlah
36 santri . Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu studi pendahuluan
kemudian menyusun rencana tindakan. Kegiatan studi pendahuluan dilaksanakan untuk
mengumpulkan data yang cukup sehingga dapat merumuskan kebutuhan. Langkah berikutnya
yaitu pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi hasil tindakan. Apabila permasalahan
yang terkait dengan tujuan maka diadakan perbaikan pada siklus berikutnya. Pelaksanaan
tindakan pada satu siklus mencakup empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan reflekeksi.
Keunggulan
Penelitian Siklus I
Penelitian siklus I yang dilakukan selama empat kali pertemuan pada akhirnya
membawa peneliti untuk memperoleh beberapa temuan sebagai berikut. Pada Penelitian
Siklus I, aktivitas dalam pembelajaran telah berjalan dengan baik, namun kebiasaan
perkuliahan yang berpusat guru selama ini, yang membuat siswa punya banyak
kesempatan bermain acang masih terbawa, saat diskusi beberapa mahasiswa masih
memegang acang. Jurnal Belajar Mahasiswa atau format refleksi diri karakteristik
pribadi calon Guru Bimbingan dan Konseling belum menggambarkan bagaimana
mahasiswa menggunakan tiga aspek karakteristik pribadi saat diskusi belum terlaksana
dengan baik. Pemberian penghargaan atas diskusi kelompok dan usaha siswa
dilaksanakan melalui penilaian hasil diskusi yang ditulis mahasiswa dalam kertas folio,
sehingga mahasiswa sering merasa kurang dihargai usaha kerasnya dalam berdiskusi.
Penelitian Siklus II
Penelitian siklus II dilakukan selama tiga kali perkuliahan dengan pomerolehan
temuan sebagai berikut. Tahapan strategi pembelajaran , sebagaimana diamati oleh
observer pendamping dan tertulis dalam Jurnal Bimbingan Konseling Islam (JBKI),
sudah terlaksana semua, namun efektifitasnya perlu ditingkatkan, agar lebih berdampak
pada pengembangan tiga aspek karakteristik pribadi calon Guru Bimbingan dan
Konseling. siswa lebih antusias dan bersemangat ketika diskusi kelompok ahli, sehingga
waktu untuk aktif berdiskusi di kelompok asal seringkali kurang. Hal ini disiasati dengan
memotivasi mahasiswa untuk melakukan diskusi kelompok ahli dengan cepat agar waktu
untuk diskusi dikelompok asal lebih banyak dan lebih menarik lagi.
Saat pembentukan kelompok, peneliti menggunakannya sebagai media untuk
meminta mahasiswa menghayati dan mengembangkan karakteristik pribadinya.
Sehingga , karakteristik sekaligus menjalankan tahapan Observasi. Performansi
mahasiswa mulai tertata pada siklus II. Keaktifan, empati, penerimaan, dan ketulusan
lebih terlihat saat membahas pentingnya akses informasi.
Penelitian Siklus III
Penelitian siklus III dilakukan selama tiga kali perkuliahan dengan pemerolehan
temuan sebagai berikut. Tahapan strategi pembelajaran sebagaimana diamati oleh
observer pendamping dan tertulis , sudah terlaksana semua. Adanya variasi penunjukan
ketua kelompok untuk mengatur jalannya diskusi kelompok bisa meningkatkan
ketercapaian indikator pengembangan aspek dalam bedialog pentingnya informasi, lalu
mengadakan wawancara secara langsung terhadap seluruh siswa.
Kelemahan
Beberapa gambaran data tentang rendahnya inferensi karakteristik pribadi siswa di atas
menunjukkan bahwa terdapat kekurangan dalam penerapan kurikulum yang telah disusun
oleh lembaga. Akibatnya, siswa tak di beri kesempatan sepenuhnya untuk melakukan
legitimasi dalam upaya membenarkan bahwa begitu pentingnya layanan informasi untuk
mematuhi tata tertib di sekolah tersebut. Hal ini harus di beri keleluasan secara khusus agar
para guru secara emotional juga bisa merasakan kondisi kendala yang di alami pleh
mahasiswa karena mis-komunikasi terhadap informasi yang menjadi controling di sekolah
tersebut.
Saran
Jurnal ini akan lebih menarik jika menggunakan strategi pembelajaran yang mendukung
pengembangan karakteristik pribadi dalam menerima aspek yang baik dari informasi yang
terintergrasi di sekolah pada calon Guru Bimbingan dan Konseling: jurusan BkK dalam
mengembangkan kurikulum, khususnya matakuliah maupun konseling menyertakan strategi
pembelajaran untuk mengembangkan tiga aspek karakteristik calon Guru Bimbingan dab
Konseling: peneliti selanjutnya dapat mengujikan transferbility hasil penelitian pada kelas
lain dengan karakteristik kelas yang sama untuk mengembangkan tiga aspek karakteristik
pribadi calon Guru Bimbingan dan Konseling atas kepekaan urgennya kedudukan informasi
Rekomendasi
Penerapan untuk Pengembangan Karakteristik Pribadi Mahasiswa calon guru Bk,
proses pembelajaran yang banyak dipraktikan sekarang ini sebagian besar berbentuk
penyampaian secara tatap muka (lecturing), searah. Pada saat mengikuti kuliah atau
mendengarkan ceramah, mahasiswa akan kesulitan untuk mengikuti atau menagkap makna
esensi materi pembelajaran dan menerapkan tata tertib sekolah karena nihilnya informasi
yang berbasis guna secara kompherensif, sehingga kegiatannya sebatas membuat catatan
yang yang tingkat kelalainnya sangat tinggi. Pola pembelajaran seperti di atas kurang
memadai untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis informasi para peserta didik.

More Related Content

Resensi ratna sari

  • 1. RESENSI ARTIKEL JURNAL Tugas ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian Dosen Pengampu : Nurul Faqih isro’i M, pd RATNA SARI (1815055) Program Studi: Bimbingan dan Konseling Jurusan: Tarbiyah INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG TAHUN AJARAN 2019/2020 Judul : Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Sekolah Penulis dan sumber : Martin-Matin httpn: / jbki@journal.stkipsingkawang.ac.id Keywords : layanan informasi ; Tata Tertib Sekolah
  • 2. Sinopsis Pebelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) dan pendekatan Kualitatif. Adapun jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penyelidikan sistematis yang dilakukan oleh guru peneliti, kepala sekolah, konselor sekolah, atau pengambilan kebijakan lain dalam lingkungan belajar mengajar untuk mengumpulkan informasi tentang keterangam pelaksananaan sekolah, bagaimana mereka mengajar, dan seberapa baik siswa mereka belajar. Subjek penelitian ini adalah Santri MTs Mathla’ul Anwar Pontianak yang berjumlah 36 santri . Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu studi pendahuluan kemudian menyusun rencana tindakan. Kegiatan studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang cukup sehingga dapat merumuskan kebutuhan. Langkah berikutnya yaitu pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi hasil tindakan. Apabila permasalahan yang terkait dengan tujuan maka diadakan perbaikan pada siklus berikutnya. Pelaksanaan tindakan pada satu siklus mencakup empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan reflekeksi. Keunggulan Penelitian Siklus I Penelitian siklus I yang dilakukan selama empat kali pertemuan pada akhirnya membawa peneliti untuk memperoleh beberapa temuan sebagai berikut. Pada Penelitian Siklus I, aktivitas dalam pembelajaran telah berjalan dengan baik, namun kebiasaan perkuliahan yang berpusat guru selama ini, yang membuat siswa punya banyak kesempatan bermain acang masih terbawa, saat diskusi beberapa mahasiswa masih memegang acang. Jurnal Belajar Mahasiswa atau format refleksi diri karakteristik pribadi calon Guru Bimbingan dan Konseling belum menggambarkan bagaimana mahasiswa menggunakan tiga aspek karakteristik pribadi saat diskusi belum terlaksana dengan baik. Pemberian penghargaan atas diskusi kelompok dan usaha siswa dilaksanakan melalui penilaian hasil diskusi yang ditulis mahasiswa dalam kertas folio, sehingga mahasiswa sering merasa kurang dihargai usaha kerasnya dalam berdiskusi. Penelitian Siklus II Penelitian siklus II dilakukan selama tiga kali perkuliahan dengan pomerolehan temuan sebagai berikut. Tahapan strategi pembelajaran , sebagaimana diamati oleh observer pendamping dan tertulis dalam Jurnal Bimbingan Konseling Islam (JBKI), sudah terlaksana semua, namun efektifitasnya perlu ditingkatkan, agar lebih berdampak pada pengembangan tiga aspek karakteristik pribadi calon Guru Bimbingan dan Konseling. siswa lebih antusias dan bersemangat ketika diskusi kelompok ahli, sehingga waktu untuk aktif berdiskusi di kelompok asal seringkali kurang. Hal ini disiasati dengan memotivasi mahasiswa untuk melakukan diskusi kelompok ahli dengan cepat agar waktu untuk diskusi dikelompok asal lebih banyak dan lebih menarik lagi.
  • 3. Saat pembentukan kelompok, peneliti menggunakannya sebagai media untuk meminta mahasiswa menghayati dan mengembangkan karakteristik pribadinya. Sehingga , karakteristik sekaligus menjalankan tahapan Observasi. Performansi mahasiswa mulai tertata pada siklus II. Keaktifan, empati, penerimaan, dan ketulusan lebih terlihat saat membahas pentingnya akses informasi. Penelitian Siklus III Penelitian siklus III dilakukan selama tiga kali perkuliahan dengan pemerolehan temuan sebagai berikut. Tahapan strategi pembelajaran sebagaimana diamati oleh observer pendamping dan tertulis , sudah terlaksana semua. Adanya variasi penunjukan ketua kelompok untuk mengatur jalannya diskusi kelompok bisa meningkatkan ketercapaian indikator pengembangan aspek dalam bedialog pentingnya informasi, lalu mengadakan wawancara secara langsung terhadap seluruh siswa. Kelemahan Beberapa gambaran data tentang rendahnya inferensi karakteristik pribadi siswa di atas menunjukkan bahwa terdapat kekurangan dalam penerapan kurikulum yang telah disusun oleh lembaga. Akibatnya, siswa tak di beri kesempatan sepenuhnya untuk melakukan legitimasi dalam upaya membenarkan bahwa begitu pentingnya layanan informasi untuk mematuhi tata tertib di sekolah tersebut. Hal ini harus di beri keleluasan secara khusus agar para guru secara emotional juga bisa merasakan kondisi kendala yang di alami pleh mahasiswa karena mis-komunikasi terhadap informasi yang menjadi controling di sekolah tersebut. Saran Jurnal ini akan lebih menarik jika menggunakan strategi pembelajaran yang mendukung pengembangan karakteristik pribadi dalam menerima aspek yang baik dari informasi yang terintergrasi di sekolah pada calon Guru Bimbingan dan Konseling: jurusan BkK dalam mengembangkan kurikulum, khususnya matakuliah maupun konseling menyertakan strategi pembelajaran untuk mengembangkan tiga aspek karakteristik calon Guru Bimbingan dab Konseling: peneliti selanjutnya dapat mengujikan transferbility hasil penelitian pada kelas lain dengan karakteristik kelas yang sama untuk mengembangkan tiga aspek karakteristik pribadi calon Guru Bimbingan dan Konseling atas kepekaan urgennya kedudukan informasi Rekomendasi Penerapan untuk Pengembangan Karakteristik Pribadi Mahasiswa calon guru Bk, proses pembelajaran yang banyak dipraktikan sekarang ini sebagian besar berbentuk penyampaian secara tatap muka (lecturing), searah. Pada saat mengikuti kuliah atau
  • 4. mendengarkan ceramah, mahasiswa akan kesulitan untuk mengikuti atau menagkap makna esensi materi pembelajaran dan menerapkan tata tertib sekolah karena nihilnya informasi yang berbasis guna secara kompherensif, sehingga kegiatannya sebatas membuat catatan yang yang tingkat kelalainnya sangat tinggi. Pola pembelajaran seperti di atas kurang memadai untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis informasi para peserta didik.