Dalam Mata Lensa: Sore di Keraton #withGalaxy A15 5G

bayJoee
Options

image

Dalam perjalanan fotografi khususnya street photography, saya bertemu dengan salah satu fotografer senior yaitu Gathot Subroto. Pertemuan saya dengan beliau bukan tatap muka secara langsung, melainkan melalui sebuah tulisan. Saya belajar banyak dari tulisan beliau mengenai street photography termasuk definisi dari street photography itu sendiri.

Solo, pada suatu sore ketika libur lebaran 2024. Saya menyalakan sepeda motor dan menuju Keraton Kasunanan Surakarta. Sore itu, jalanan Kota Solo masih dipenuhi oleh para pemudik. Pelat-pelat kendaraan dari luar kota memenuhi setiap jengkal jalanan kota yang lekat dengan budaya Jawa. Saya membutuhkan waktu yang agak lama dari biasanya untuk sampai di keraton.

Poerwosari Weg atau yang kini dikenal sebagai Jalan Slamet Riyadi begitu sesak. Saya memutuskan untuk mengambil jalan lain agar tidak terlambat sampai di keraton. Setiap Sabtu, Keraton Kasunanan Surakarta rutin menggelar atraksi prajurit. Kegiatan ini menjadi salah satu alternatif tontonan yang menarik di Kota Solo.

Halaman parkir sudah dipenuhi oleh kendaraan bermotor ketika saya sampai. Banyak sekali wisatawan yang berkunjung di sini. Tepat pada pukul 4 sore, atraksi prajurit keraton dimulai. Usai pertunjukan, saya tidak langsung pulang. Saya menyempatkan waktu untuk mengabadikan momen-momen Sore di Keraton berbekal kamera Galaxy A15 5G.

Galaxy A15 5G merupakan gawai entry level yang cukup menarik bagi saya. Kembali menggunakan kamera pada ponsel pintar kelas entry level merupakan sebuah tantangan yang menarik bagi saya. Saya serasa kembali bernostalgia. Sebelum memakai Galaxy S22 Ultra sebagai teman setia memotret, saya mengawali renjana fotografi ini dengan Galaxy J6.

Street photography menjadi salah satu tema foto yang sangat populer pada saat ini. Kini, kita tidak perlu lagi membawa kamera untuk mengabadikan sebuah momen. Dengan berbekal kamera ponsel pintar pun, kita juga dapat mengabadikan sebuah momen. Perkembangan kamera hingga mumpuninya kamera ponsel pintar turut andil dalam populernya street photography.

Saya menyiagakan kamera Galaxy A15 5G. Kali ini, saya menggunakan Mode Foto yang ada pada kamera Galaxy A15 5G. Sore merupakan waktu yang tepat untuk mengabadikan momen-momen di keraton. Keraton merupakan salah satu tempat yang menarik untuk diabadikan melalui mata lensa.

image

Saya mulai mengabadikan momen-momen Sore di Keraton dari hal terdekat dari saya. Saya melihat sebuah becak yang sedang diparkirkan di tepi jalan. Lalu, becak tersebut saya posisikan pada salah satu sudut bingkai. Saya menunggu sebuah mobil lewat agar foto yang dihasilkan menjadi seimbang. Mengapa mobil? Mobil merupakan sebuah kontras teknologi terhadap becak. Mobil dianggap sebagai “barang baru” sedangkan becak dianggap sebagai “barang tua”. Dua keadaan ini yang menjadi sebuah kontras menarik.

Dalam fotografi, ada sebuah istilah bernama Jukstaposisi. Jukstaposisi merupakan salah tahu teknik klasik dalam fotografi. Secara bahasa, dalam KBBI, jukstaposisi didefinisikan sebagai penempatan dua objek secara berdampingan. Namun, jukstaposisi lebih dari itu dan dapat dikembangkan lebih luas lagi. Jukstaposisi menitikberatkan pada sebuah kontras keadaan antaranya seperti besar-kecil, tua-muda, garis-lingkaran, atas-bawah, dan baru-lama.

Mata lensa kamera Galaxy A15 5G selalu saya siagakan. Banyak sekali orang yang berlalu lalang baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor. Pun dengan orang-orang yang menaiki andong. Sembari menunggu momen-momen yang saya incar, saya mengabadikan beberapa momen Sore di Keraton. Tentunya, Mode Foto Galaxy A15 5G yang saya gunakan untuk mengabadikan beberapa momen Sore di Keraton tersebut.

image

image

image

image

image

image

Dari arah barat, sebuah andong melaju menuju arah timur. Ketika melihat itu, saya segera menyiagakan kamera Galaxy A15 5G dan mengarahkannya ke andong tersebut. Ketika andong tersebut lewat, saya tidak segera menekan tombol rana. Saya membiarkannya terlebih dahulu. Saya ingin foto andong tersebut memberikan kesan berlalu. Oleh karena itu, bagian belakang andong yang tampak dan terdapat banyak jarak antara bagian belakang andong dengan tepi bingkai foto.

Bagi saya, fotografi tidak sekadar menekan tombol rana. Ada alasan mengapa kita mengambil sebuah foto. Setidaknya ada alasan tentang keindahan komposisi dalam foto yang diambil.

image

Kini, saya berada di depan Kori Kamandungan. Di sini, banyak sekali hal-hal menarik yang dapat diabadikan melalui mata lensa. Pun dengan hal-hal yang sekiranya random dan luput dari mata banyak orang. Seorang fotografer muda yang menjadi salah satu panutan saya, Putra Dwipayana, sering memotret hal-hal random. Hal ini dilakukan untuk melatih kepekaan dalam hal “melihat”. Saya tergerak dan mengikuti saran tersebut setiap kali memotret.
Everything is a photo. We live in a world today where almost everything is photograph.
Saul Leiter
image

image

image

image

image

image

image

Waktu terasa begitu cepat berlalu saat hal-hal menyenangkan terjadi seperti saat saya memotret. Sore itu, kamera Galaxy A15 5G menjadi mata untuk saya ketika mengabadikan momen-momen Sore di Keraton. Saya sering berkata bahwa fotografi merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Ia adalah “penyelamat” hidup saya dan ia juga yang membawa saya pada sebuah perjalanan luar biasa.

Dan saya mengamini apa yang dituliskan oleh seorang fotografer senior, Gathot Subroto, tentang street photography. Pada akhirnya mereka yang mempelajari street photography atau yang ingin memasuki street photography tidak lagi takut untk berbuat “salah” ketika membuat foto jalanan, karena sebetulnya tidak ada kesalahan atau larangan dalam proses kreativitas kita.



Dalam Mata Lensa
Sore di Keraton
#withGalaxy A15 5G

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image


7 Comments