Dalam Mata Lensa: Dua Sisi dan Sebuah Pilihan

bayJoee
Options

image

Suatu siang pada awal Juni 2024, saya berangkat menuju Klaten. Juni adalah bulannya mendiang Sapardi Djoko Damono. Siapa yang tidak luluh ketika Hujan Bulan Juni menggema di telinga terlebih lagi ketika digemakan dalam bentuk musikalisasi puisi? Boleh jadi, mereka yang luluh terhadap Hujan Bulan Juni mampu merasakan apa yang dialami oleh Rakai Pitakan dan Pramodawardhani.

Kisah Rakai Pitakan dan Pramodawardhani itu membawa saya kembali ke Candi Plaosan. Siang itu, KRL yang membawa saya ke Candi Plaosan dipenuhi oleh masyarakat yang hendak menuju Yogyakarta. Akhir pekan adalah waktu bagi KRL Solo-Jogja disesaki oleh masyarakat.

Kali ini, saya berhenti di Stasiun Brambanan. Stasiun kecil yang terletak tidak jauh dari Candi Prambanan. Setelah sampai di Stasiun Brambanan, saya segera memesan ojek online guna mengantarkan saya menuju ke sebuah candi yang merupakan simbol cinta beda agama.

Sesampainya di sana, saya segera membeli tiket dan menyiagakan kamera Galaxy S22 Ultra. Saya terakhir kali ke sini pada tahun 2017 dan saya kira, jika bukan karena menekuni renjana fotografi ponsel pintar, saya tidak secepat ini akan kembali ke sini. Kali ini, saya tidak menggunakan Expert RAW sebagai aplikasi kameranya. Saya menggunakan aplikasi kamera bawaan untuk mengabadikan romantisisme Rakai Pitakan dan Pramodawardhani.

Dalam lingkup fotografi, memotret dengan format RAW merupakan pilihan yang tepat. RAW menawarkan detail yang lebih banyak ketimbang menggunakan format JPEG. Meskipun begitu, penggunaan format JPEG tidak serta merta salah. Kedua sah baik menggunakan format RAW ataupun JPEG.

image

image

image

Siang menjelang sore itu, suasana di Candi Plaosan tidak begitu ramai. Saya menyukai suasana candi yang seperti ini karena dapat mengeksplorasi candi lebih maksimal. Batu-batuan candi yang bertumpuk menyambut saya ketika masuk ke halaman candi. Suasana ini seakan membawa saya ke dimensi lain.

Kamera Galaxy S22 Ultra yang sudah saya siagakan segera memulai perannya. Saya mulai mengabadikan sudut-sudut Candi Plaosan melalui mata lensa Galaxy S22 Ultra. Kondisi siang menuju sore itu masih agak terik. Kata orang-orang, memotret pada waktu seperti ini tidak baik karena cahaya masih terlalu kuat. Katanya juga, waktu terbaik memotret di Indonesia adalah ketika waktu senja maupun matahari terbit.

Pernyataan tersebut tidak dapat saya tampik. Akan tetapi, apakah memotret harus menunggu waktu-waktu terbaik tersebut? Saya kira tidak demikian. Saya memilih pada jalan untuk terus berpikir kreatif. Pada apa pun situasinya, saya berpikir bagaimana caranya dapat menghasilkan foto yang baik. Ini adalah perkara pilihan dan kemauan.

Saya mengamini apa yang pernah dikatakan oleh seorang fotografer bernama Anest atau yang lebih dikenal sebagai bejanawaktu di media sosial bahwa selama kita masih punya kecenderungan untuk bergerak, kesempatan akan selalu menghampiri. Pernyataan tersebut saya kira juga dapat diterapkan ketika memotret pada waktu-waktu yang bukan pada waktu terbaik.

image

image

image

image

Beberapa orang saling bergantian masuk ke dalam candi. Pun dengan orang-orang yang berfoto di depan candi. Romantisisme Candi Plaosan memang menarik. Candi yang corak Buddha ini mempunyai gaya arsitektur candi-candi Hindu. Boleh jadi, Candi Plaosan adalah Hujan Bulan Juni yang menjadi kenyataan.

Saya cukup lama berkeliling Candi Plaosan. Mata lensa Galaxy S22 Ultra juga selalu saya siagakan. Candi merupakan bangunan yang menarik untuk dipotret. Saya masih puas dengan kinerja kamera Galaxy S22 Ultra. Sistem olah gambar pada kamera bawaan masih dapat bersaing.

Pilihan saya menggunakan kamera bawaan ketimbang Expert RAW memang meninggalkan rasa “aneh”. Rasa ini muncul karena saya terbiasa menggunakan Expert RAW dengan sistem olah gambarnya. Akan tetapi, semua itu kembali pada pilihan. Entah menggunakan format RAW atau JPEG, kedau sah dan tidak perlu diributkan. Mana yang paling sesuai dengan kebutuhan, maka pakailah, karena kebutuhan setiap fotografer berbeda-beda.

RAW dan JPEG mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mana yang hendak digunakan kembali pada kebutuhan masing-masing.

image

image

***

Kunjungan saya ke Candi Plaosan ini membawa saya pada hal-hal terkait sebuah pilihan. Dalam fotografi, semua itu sah asalkan dapat dipertanggungjawabkan. Begitu juga dengan pemilihan format foto. Baik menggunakan format RAW atau JPEG, kedua sah.

Dan sebelum menutup tulisan singkat ini, saya akan mengutip ucapan seorang fotografer senior asal Yogyakarta, Agus Leonardus, bahwa secanggih apa pun kamera ia tidak dapat mencari objeknya sendiri. Teknik itu penting namun bukan yang terpenting. Jadi, ambil kameramu dan segera abadikan momenmu.



Dalam Mata Lensa
Dua Sisi dan Sebuah Pilihan

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image



5 Comments