Lompat ke isi

Ekonomi India

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekonomi India adalah ekonomi terbesar kesembilan di dunia berdasarkan produk domestik bruto nominal dan yang terbesar ketiga berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja.[1] Negara tersebut adalah anggota G20 dan juga anggota BRICS. Pada tahun 2011, PDB PPP per kapita India tercatat di Dana Moneter Internasional sebesar $3.703, yang membuatnya menduduki peringkat 127 di dunia. Dengan demikian pemasukan ekonomi India tergolong ke dalam kelas menengah ke bawah.[2]

Masa kuno

[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-6 Sebelum Masehi, sistem perekonomian di India beralih dari sektor pertanian ke sektor perdagangan. Kegiatan perekonomian dikendalikan oleh para pengusaha lokal. Perdagangan diawasi oleh raja-raja yang berkuasa di India. Di masa kuno ini, India memiliki banyak saudagar kaya seperti Visakha dan Anathapindika. Dalam kitab Jataka dan beberapa Sutta, disebutkan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk India. Kitab Sutta yang menjelaskannya adalah Tamo-tama Parayana Sutta dan Kutadanta Sutta. Di dalam istana raja, ada 25 kelompok pekerja dengan tugas yang berbeda-beda. Pekerjaan utama antara lain sebagai prajurit, koki, tukang cukur, pencuci, sekretaris, pembuat kerajinan tangan, akuntan, dan penjaga gajah. Sedangkan pekerjaan masyarakat dibagi menjadi 18 kelompok, seperti tukang kayu, pandai besi, kuli, pengrajin, tukang jagal, pemburu binatang, pelaut, pedagang dan kurir.[3]

Liberalisasi

[sunting | sunting sumber]

India mulai melakukan liberalisasi ekonomi setelah tahun 1989 M. Sistem perekonomian India mulai mengurangi regulasi yang tidak diperlukan. Selain itu, paham proteksionisme juga mulai ditinggalkan. Perubahan ini membuat India menjadi salah satu kekuatan ekonomi global di Asia dan dunia. Ekonomi Asia dipengaruhi oleh persaingan ekonomi antara India dan Tiongkok. India juga mulai bersaing dalam skala global bersama dengan Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Ekonomi India membuat persaingan ekonomi global diikuti oleh lebih dari dua miliar manusia. Perkembangan pesat ini merupakan efek dari inovasi teknologi di bidang komunikasi dan logistik. Sistem komunikasi di India menjadi sistem komunikasi internasional yang menghubungkan sistem komunikasi dari berbagai negara di dunia. Sistem komunikasi ini dibuat dengan biaya operasional yang murah dan memperlancar berbagai kegiatan administrasi bisnis. Dalam bidang logistik, India mampu menempatkan berbagai suku cadang produk di berbagai negara yang berbeda. Pemakaian pesawat terbang menggantikan kapal laut menjadi penyebab penurunan biaya dan peningkatan ekonomi India. Selain itu, India membangun kota-kota khusus dalam bidang tertentu. Bangaluru dapat menggantikan Paris dalam pengembangan perangkat lunak. Sedangkan Praha dapat menggantikan London dalam administrasi bisnis.[4]

Kerja sama internasional

[sunting | sunting sumber]

India sudah mulai melakukan kerja sama internasional pada masa awal kemerdekaannya. Kerja sama paling awal dilakukan dengan negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Pada tahun 1947, pemerintah India menjalin kerja sama bilateral dengan Indonesia di New Delhi. Kerja sama ini dalam bidang ekonomi. Tujuan kerja sama ini dalam rangka menciptakan perdamaian dunia dan kesejahteraan ekonomi. Bentuk awal kerja sama ekonomi kedua negara ini diwujudkan dengan pertemuan pada tahun 1951 antara Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru dan Presiden Indonesia, Soekarno. Keduanya menjadi bagian dari pelopor Konferensi Asia-Afrika di Kota Bandung pada bulan April 1955. Masalah perdagangan di kedua negara ini pertama kali dibahas di India pada tahun 1966. Pemerintah Indonesia menunjuk wakilnya yaitu Adam Malik. Dalam pertemuan tersebut diadakan diskusi dengan delegasi dagang India yang menghasilkan persetujuan dagang. Kerja sama bilateral ini kemudian mencakup kawasan ASEAN dengan ASEAN-India International Trade Cooperation. India dan ASEAN memulai kerja sama perdagangan secara intensif sejak tahun 1992. Dialog kerja sama penuh diakan pada bulan Desember 1995. Nilai ekonomi ASEAN-India mencapai 3,8 triliun dolar untuk berbagai kepentingan bersama. Dalam hal ini, ASEAN menjadi mitra dagang terbesar untuk negara India.[5]

Permasalahan

[sunting | sunting sumber]

Pertumbuhan penduduk

[sunting | sunting sumber]

India termasuk salah satu negara yang mengalami ketidakseimbangan sumber-sumber ekonomi. Ini terlihat pada perbedaan rasio antara jumlah penduduk, lapangan kerja dan tenaga kerja di India. Jumlah penduduk di India terus mengalami peningkatan. Sebaliknya, jumlah perusahaan dan tenaga kerja ahli sangat sedikit. Selain itu, penduduk India juga memiliki kemampuan menabung yang rendah. Kondisi ini menyebabkan perusahaan sulit berkembang dan sulit menambah lapangan pekerjaan.[6]

Peningkatan inflasi

[sunting | sunting sumber]

Permasalahan utama dalam perekonomian India adalah adanya kencenderungan meningkatnya nilai inflasi secara drastis. Kecenderungan ini bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi India yang juga cenderung membaik. Adanya pelemahan ekonomi di India merupakan dampak tidak langsung dari limpahan ekonomi akibat tsunami yang melanda Jepang.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "India". International Monetary Fund. Diakses tanggal 2011-05-26. 
  2. ^ "Country and Lending Groups". World Bank. Diakses tanggal 2011-11-20. 
  3. ^ Mubyarto, dkk. (2014). Ekonomi Kerakyatan (PDF). Jakarta Selatan: Lembaga Suluh Nusantara. hlm. 77. ISBN 978-602-71633-0-0. 
  4. ^ Simon Vaut, dkk. (2014). Buku Bacaan Sosial Demokrasi 2: Ekonomi dan Sosial Demokrasi (PDF). Berlin: Frederich-Ebert-Siftung Kantor Perwakilan indonesia. hlm. 52–53. ISBN 978-602-8866-08-8. 
  5. ^ Jati, dkk. (2019). Firdausy, dkk., ed. "Peran Kerja Sama Perdagangan Antara ASEAN dan India dalam Ekonomi-Politik untuk Pembangunan Berkelanjutan" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Bagian II: Revolusi Industri 4.0 dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan. Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI: 40–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-07-10. Diakses tanggal 2021-07-10. 
  6. ^ Muchtolifah. Ekonomi Makro (PDF). Unesa University Press. hlm. 51–52. ISBN 978-979-028-241-4. 
  7. ^ Yustika, dkk. (2011). Proyeksi Ekonomi Indonesia 2012: Badai Krisis Ekonomi dan Jebakan Liberalisasi (PDF). INDEF. hlm. 57. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-07-10. Diakses tanggal 2021-07-10.